Aku menyisakan rinduku tuk JANUARY..
dimana titik-titik hujan berebut,
menghadirkan kenangan di masa lalu..
Aku menemuimu Cantik, diantara mendung dan kilatan petir
yang kau bilang menakutkan.
Aku bawakan sekantung ketenangan
dari hati atas nama cinta,
tuk coba menghangatkanmu
dan menyingkirkan semua bentuk rasa takutmu..
kau tersenyum,
dan menatapku penuh cinta..
ku rapatkan tubuhmu kedadaku
dengan sesuatu yang bergemuruh dalam jiwa-jiwa kita..
"Rasanya, aku tak ingin melepasmu kasih,
aku begitu mencintaimu,
dan tak sanggup bila harus melewati semua tanpamu.."
Ucapku lirih ketika kita semakin merapatkan pelukan.
Hingga sampai pada titik-titik puncak ketenangan,
kau mulai melepaskan pelukan,
sambil tersenyum membelai wajahku,
saat itu kau bilang..
"aku takkan pernah hilang untukmu,
dan aku akan selalu ada di semua waktu-waktu terbaikmu,
begitupun saat kamu terjatuh.."
Tapi seiring berjalannya waktu aroma romantisme diatas menghilang...
banyak alasan untuk mempertahankan cerita cinta kita waktu itu, tapi berbanding lurus pula dengan alasan untuk menyudahinya.
Yah.. Dia cinta pertama,
Cinta pertama masa SMA, eh maksudku SMK.. eh begini,, dia kelas 2 di SMA sedangkan aku kelas 3 di SMK. kisah berawal dibulan Januari 2004, saat siang hari sepulang sekolah, ada saudaraku yang mengenalkannya padaku, dia bilang "Bro.. ada cewek yang mau kenalan sama kamu, dekat dari sini kok rumahnya" aku jawab langsung "masa? bohong kali nih.." walaupun masih ragu tapi ada rasa penasaran juga yang membuatku terpaksa mengikuti ajakannya.
dibawanya aku ke sebuah warung kecil dekat stasiun kereta, sesampainya diwarung itu, aku melihat ada satu gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang yang tersentak seperti kaget dan bergegas masuk kedalam warung, ternyata dia malu padaku, karna saat itu pipinya sedang berjerawat. akhirnya dia memintaku untuk menemuinya nanti diwarung yang sama pada jam 7 malam.
Singkatnya setelah beberapa malam janjian bertemu lagi dengannya, kita resmi pacaran..
Cara pacaran kita berbeda dan aneh, sering membuatku tertawa sendiri saat aku mengingatnya,,
jadi kita masing-masing punya satu buku tulis untuk menulis semua isi hati kita disitu, tanpa menyobek atau mencabut kertasnya buku itu kita saling tukar saat bertemu (biasanya malam minngu), jadi misal minggu ini aku memegang "buku A" dia yang "buku B" dan minggu selanjutnya aku yang "buku B" dia yang "buku A", dan pasti buku itu awalnya wangi semerbak parfum kita masing-masing, yang sengaja kita berikan kedalam buku tersebut sebelum kita menukarnya, bertujuan agar wanginya dapat menggantikan kehadiran selagi membaca isinya..
Setelah 4 dan 5 hari wanginya berkurang, sehinga aku harus menempelkan buku itu ke hidungku, isi tulisannya bukan hanya 2 atau 3 lembar saja, setiap minggu aku akan dapat 5 sampai 7 lebar, yang bisa aku baca berulang bahkan aku bisa mundur ke awal lagi saat pertama kita menukar buku itu, membaca lagi apa yang aku tulis kemarin-kemarin, kadang membuatku geli sendiri, dan bergumam "kok bisa yah aku nulis kata-kata itu kemarin? terlalu lebay deh!"
Sebelum tidur aku membaca dan menulis apa yang aku rasakan malam itu kedalam buku tersebut, supaya dia membacanya minggu depan saat ku tukar buku yang ada padaku itu dengan buku yang ada padanya.. sering sekali aku tertidur dalam keadaan buku itu masih menempel menutupi wajahku, mungkin aku tertidur saat membayangkan berada di sisinya dengan aroma wangi yang khas itu.
rasanya aroma parfum dia masih terus menempel diujung hidungku hingga saat ini.
Mengapa kita menulisnya tidak langsung diucapkan saja saat bertemu?
Jawabannya, karena kita pacaran sembunyi-sembunyi dari orang tuaku (Backstreet), inilah susah dan sedihnya.. Padahal kita berdua bertetangga, tepatnya jarak rumah kita hanya 350 meter, jadi andai aku berlama-lama pastinya ada tetangga yang mengetahuinya dan aku takut ia melaporkannya kepada ibuku, dan ibuku bisa ngomel dari pagi sampai beliau tidur nanti malamnya, sebenarnya kata-kata yang keluar dari omelannya hanya diulang-ulang saja.
Aku dan dia bertetangga, lebih tepatnya masih satu RT, posisi rumahku dipinggir jalan besar tapi rumah dia masuk kedalam gang, jika dia rindu dia bisa sambil lewat dan menengok kearah rumahku, yang bisa berkemungkinan bertepatan aku sedang duduk-duduk di teras rumah, jadi rasa rindunya bisa terobati. nah sedangkan aku? ada acara apa aku lewat gang itu?
Itulah, terkadang rindu seseorang yang ada dipelupuk mata itu sangat menyiksa..
Kita menulis perasaan hati, menulis pertanyaan yang tidak sanggup keluar saat kita bertemu, karna kita masih malu-malu dan memang waktu untuk bertemu sangatlah sebentar karna takut ada mata-mata ibu yang melihatku. Tapi sering juga kita bertemu tak hanya sebentar, kita bisa jalan atau keluar makan dalam waktu 2 jam. ya, jam 19:00 sampai jam 21:00. jalan keluar dalam arti jalan itu yang sebenarnya, tanpa motor apalagi mobil.
Untuk bisa jalan berdua pun kita harus terlihat keluar dengan alasan masing-masing, lalu kita bertemu di satu tempat yang sudah kita atur sebelumnya. sering kita berdua bejalan kaki di sepanjang rel kereta api, dibawah sinar bulan, sesekali beristirahat duduk dibantalan rel. kita memang masih malu-malu, walau sampai usia setahun kita pacaran, kita belum pernah berciuman.
Dia anak yang baik dan berbakti, tadinya aku fikir orang tuaku melarangku pacaran karna masih sekolah, tapi ternyata orang tuaku tidak merestui bukan karena kita sama-sama masih sekolah atau masih bau kencur atau apalah istilahnya yang berarti belum waktunya pacaran, bukan!!
buktinya setelah kita berdua sama-sama sudah bisa mencari uang sendiri pun, mereka tetap tak memberikan restunya..
Cerita masih cukup panjang... saya lanjutkan ceritanya besok.
Terimakasih yah sudah meluangkan waktunya membaca semua.